Dia
Awalnya kupikir tak ada yang salah dengan idealisme ku. Terus menerus ku lanjutkan ikhtiar duniawi yang salah kaprah. Sesuatu yang tak seharusnya ku rasionalisasi, namun kenyataan sebaliknya. Padahal kutahu ku tak bisa apa-apa dan tak tahu apa-apa. Sempat di satu titik, menyalahkan diri sendiri lalu menyalahkan sesuatu di luar diri. Hingga sang maha membolak-balikkan hati mengizinkan ku untuk mengetahui secercah rahasia. Penyematan rahasia yang terkadang kuragukan, intervensi ego tidak menutup kemungkinan, namun apa daya. Tapi izinkan ku berkata bahwa memahami dia melalui dia sendiri memang indah, tetapi memahami dia melalui Tuhan jauh lebih indah. Barang sedetik pun tak kurasa sedih walau memang harus kehilangan. Sekali lagi, aku tak tahu apa-apa, hanya terus belajar dan mencari.