Anugerah Yang Terhijab

 "Hipokondria", sebut mereka dari dunia maya yang luas. Kata itu berceceran laksana darah hewan ternak di rumah penjagalan, namun tentu kupilah yang selanjutnya akan kuserap sesuai dengan nyamannya hatiku. Walau secara substansial sedikit pun tak berbeda, terkadang kecenderungan hati memaksa ku untuk subjektif. Malam demi malam tak pernah absen kucicipi kata yang sudah terpilah itu demi meraih ketenangan, walau sering kali dikala siang jiwaku termakan oleh pikiranku sendiri.


Seribu maaf untuk kalian, kawan-kawan setiaku, yang telah membantu dengan kalimat-kalimat indah yang sarat akan itikad baik membantu, namun tak bisa kuserap. Apalah daya diri yang bahkan tak mampu memberikan alasan fundamen mengapa kekacauan ini terjadi. Perkara hati memang misteri.

Tingkat kepekaan hati ku semakin meningkat dan membabi buta yang kian menyiksa.

Akhir cerita, aku sangat bersyukur karena kekacauan ini berakhir dengan indah. Satu hal yang lucu, terkadang manusia tak siap menerima anugerah yang diberikan oleh Nya hingga timbul bermacam praduga yang kontradiktif.

Sungguh manusia makhluk yang udik dan Ia Sang Pencipta yang maha pengasih lagi maha penyayang.

Anugerah tersebut sungguh merubah sudut pandang penghambaan ku kepada Nya.

Kunamai itu sebagai Anugerah Yang Terhijab.

Comments

Popular posts from this blog

Bagaimana Mungkin Cinta Tuhan Bisa Melepaskanmu Pergi

Derita

Perjalanan Menuju Ketidaktahuan